Cerita Lengkap Pasukan Elite TNI Menyusup dan Serbu Kelompok KKB Papua. Jalan Kaki Lima Hari Lima Malam

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

Kepala Penerangan Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi mengisahkan secara detil proses pembebasan 344 warga sipil yang terisolasi di Kampung Banti, Kimbeli dan area longsoran, Distrik Tembagapura pada Jumat (17/11) itu.

Disebutkan bahwa pasukan TNI sudah bergerak ke lokasi sasaran sejak lima hari sebelumnya.


Pasukan yang diterjunkan terdiri atas Kopassus sebanyak 13 personel ditambah Batalyon 751/Rider sebanyak 20 personel dengan tugas khusus merebut Kampung Kimbeli dari penguasaan KKB.

Selain itu, Peleton Intai Tempur Kostrad bersama Batalyon Infanteri 754/Eme Neme Kangasi dengan personel masing-masing 10 orang bertugas merebut Kampung Banti.

"Mereka bergerak dengan sangat senyap, sangat rahasia pada malam hari. Lalu pada siang hari mereka mengendap, membeku. Sambil mempelajari situasi secara perlahan sekali mereka sampai di titik sasaran. Bahkan dilaporkan satu hari sebelum jam yang disepakati untuk menyerbu, pasukan kami sudah berada di lokasi masing-masing dan selama satu hari itu mereka tidak makan," jelas Kolonel Aidi, Minggu (19/11).

Rencana menyerbu KKB yang berada di Banti dan Kimbeli pada Kamis (16/11) urung dilakukan mengingat saat itu kelompok separatis tersebut membaur dengan masyarakat.

"Saat itu anggota sudah meminta izin kepada Pangdam untuk segera mengatasi KKB karena jarak mereka hanya sekitar 30-50 meter dan ada anggota KKB yang menenteng senjata api," jelas Kolonel Aidi.

Namun Pangdam Cenderawasih memberikan petunjuk bahwa jika KKB masih membaur dengan masyarakat sipil, tidak boleh diapa-apakan karena operasi penumpasan KKB Tembagapura itu lebih mengutamakan keselamatan warga sipil.

Selanjutnya pada Jumat (17/11) pagi, sejumlah pentolan KKB yang baru bangun langsung bergerak ke pos-pos di wilayah ketinggian yang sudah mereka dirikan.

Di pos-pos itu dilaporkan juga terdapat sejumlah bendera kelompok separatis Papua merdeka.

Saat itulah, pasukan TNI merangsek menyerbu ke Kampung Kimbeli dan Banti secara serentak dan kelompok separatis bersenjata itu langsung kocar-kacir menyelamatkan diri ke dalam hutan dan ke area ketinggian sambil menyerang aparat dengan tembakan bertubi-tubi.

Saat penyerbuan itu dilakukan, dilaporkan jarak pandang di lokasi itu hanya sekitar tiga hingga lima meter karena kondisinya masih berkabut tebal.

Setelah KKB lari kocar-kacir meninggalkan kedua kampung itu, aparat gabungan TNI dan Polri lainnya bergegas menuju ke dua kampung itu untuk membebaskan ratusan warga yang disandera.

Kolonel Aidi mengatakan saat proses evakuasi warga masih berlangsung, kontak tembak antara aparat TNI-Brimob dengan KKB masih terus berlangsung dalam kurun waktu kurang dari dua jam.

"Kami belum bisa memastikan apakah dari pihak mereka ada korban atau tidak," jelasnya. 

Kapolda dan Pangdam nyaris tertembak

Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar dan Panglima Daerah Militer XVII/Cenderawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit dilaporkan nyaris tertembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Peristiwa itu terjadi saat Kapolda dan Pangdam ikut mengevakuasi ratusan warga di Banti, Kimbeli, dan area longsoran, Distrik Tembagapura, Jumat (17/11).

"Saat kegiatan evakuasi warga oleh tim gabungan TNI dan Polri, anggota kami masih diserang dengan tembakan oleh KKB dari jarak jauh dan ketinggian. Bahkan Kapolda dan Pangdam diberitakan hampir terkena," katanya.

Kolonel Aidi mengakui upaya pembebasan sekitar 344 warga sipil yang terisolasi di Banti, Kimbeli, dan daerah longsoran Tembagapura itu penuh risiko lantaran KKB terus menghujani aparat dan warga dengan tembakan, meski dari jarak yang cukup jauh.

"Itulah risiko yang diambil aparat TNI dan Polri untuk menyelamatkan masyarakat demi kepentingan kemanusiaan. Terkadang keselamatan dirinya sendiri diabaikan demi untuk menyelamatkan masyarakat," katanya.

Operasi itu berjalan dengan sukses. Panglima TNI bersama sejumlah pejabat teras Mabes TNI secara khusus datang ke Tembagapura, Timika, pada Sabtu (18/11) dalam rangka menganugerahkan kenaikan pangkat luar biasa kepada 58 prajurit TNI yang terlibat langsung dalam tim penumpasan KKB-TPN OPM.

Namun, lima orang perwira yang menjadi pemimpin operasi itu menolak kenaikan pangkat.

Para perwira itu menjelaskan kepada atasan mereka bahwa keberhasilan operasi ini adalah milik anak buah. Jika ada kegagalan, maka yang bertanggung jawab adalah para perwira.

"Mereka menyampaikan sepantasnya kenaikan pangkat hanya anak buahnya, bukan perwiranya. Secara halus mereka menolak kenaikan pangkat," tutur Gatot saat upacara di Mimika, Papua, Minggu (19/11).

Permintaan para perwira itu membuat Gatot terharu. Apalagi mereka menyatakan siap bertanggung jawab jika operasi gagal.

"Itulah yang membuat saya terharu, luar biasa mereka," puji Jenderal Gatot.

Sumber: merdeka.com
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90