ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Kepala Staf Gabungan Tentara Amerika Serikat, Jenderal Joseph F Durford. Jr telah mengontak langsung Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Selain meminta maaf secara pribadi, Jenderal Dunford mengundangnya kembali untuk ke Amerika Serikat.
Tapi Gatot menolak undangan tersebut. Dia sampaikan ke panglima tertinggi AS itu kalau semuanya telah diserahkan ke Presiden RI. Kalau pun berangkat lagi, itu kapasitasnya sebagai panglima TNI utusan Presiden. Dan Presiden Jokowi melarang Jenderal Gatot berangkat ke AS.
Hubungan militer Indonesia dan AS memang naik turun. Yang paling parah, AS pernah melakukan embargo pada Indonesia mulai tahun 1995 hingga 2005. (Cover: ilustrasi hawk TNI AU)
Embargo itu dijatuhkan lantaran Negeri Paman Sam menuduh Indonesia melanggar hak asasi manusia dengan menembaki demonstran di Dili, Timor Timur, pada 12 November 1991. Peristiwa itu dikenal dengan nama Insiden Santa Cruz.
10 tahun embargo membuat kekuatan tempur TNI, terutama angkatan udara merosot tajam. Banyak pesawat tempur TNI Angkatan Udara tak bisa beroperasi optimal karena tak punya suku cadang.
Misalnya pesawat F-16 Fighting Falcon, F-5 Tiger, sampai pesawat angkut militer C-130 Hercules yang seluruhnya buatan AS.
Ada kisah menarik bagaimana misi rahasia para jenderal TNI membebaskan pesawat jet tempur TNI AU yang ditahan oleh AS di Thailand.
Tahun 1990an, Indonesia baru saja membeli 32 unit pesawat tempur Hawk 109/209 dari British Aerospace. Pesawat itu secara bertahap diterbangkan dari London ke Indonesia. Nah, sebagian komponen pesawat Hawk ini masih dipasok oleh perusahaan AS. Sesuai aturan di Amerika, sekecil apa pun komponen alutsista buatan AS harus sepengetahuan Pentagon jika berpindah tangan. Maka walau pesawat Hawk diproduksi Inggris, AS merasa masih punya hak untuk ikut mengembargo.
AS pun menggunakan pengaruhnya untuk menekan Inggris. Tiga pesawat Hawk dari London yang terbang menuju Indonesia harus berbalik arah menuju Bangkok, Thailand. Sebenarnya pesawat itu sudah mencapai Singapura dan sebentar lagi masuk wilayah udara Indonesia.
Hal ini dikisahkan dalam buku Mengawali Integrasi Mengusung Reformasi, Pengabdian Alumni Akabri Pertama 1970 yang diterbitkan Kata Hasta Pustaka tahun 2012.
Di Bangkok, tiga pesawat ini ditahan dan tidak boleh dikirimkan ke Indonesia. Situasi ini sangat buruk untuk Indonesia. Sudah beli mahal-mahal, malah kena embargo dan ditahan.
Maka pendekatan diplomasi dan intelijen dilakukan untuk melobi pejabat Thailand. Dua perwira tinggi TNI dikirim untuk membebaskan tiga pesawat tempur itu. Dir B Bais ABRI Brigjen Harianto Imam Santosa dan Aspam Kasau Marsda Tjutju Djuanda dikirim ke negeri Gajah Putih tersebut.
Pihak Thailand tak mudah melepaskan tiga pesawat itu karena ditekan Amerika Serikat. Apalagi pemerintah AS sudah mengirim permintaan resmi melalui nota diplomatik. Thailand adalah sekutu AS di Asia Tenggara selain Filipina.
Namun di sisi lain, pejabat militer Thailand juga punya hubungan pribadi yang sangat baik dengan para petinggi TNI. Akhirnya terciptalah kesepakatan unik yang cerdik yang menguntungkan Indonesia dan Thailand.
Suatu hari, ketiga pesawat jet tempur tersebut diberi 'izin khusus' untuk pemanasan di udara. Hal ini wajar karena pesawat sudah lama ditahan di pangkalan udara Thailand. Izin yang diberikan khusus untuk terbang di sekitar Laut China Selatan.
Pesawat pun disiapkan. Begitu izin diberikan, wuuuuzzzzz!! Pesawat langsung mengangkasa.
Namun ketiga pesawat itu tak menuju Laut China Selatan. Mereka malah menuju Pangkalan Udara Supadio di Pontianak. Ketiganya mendarat dengan selamat di wilayah Indonesia.
Pihak Thailand 'pura-pura' mengajukan protes atas pelanggaran tersebut. Namun pemerintah Indonesia juga 'pura-pura' tak terkait dengan pelarian pesawat Hawk itu.
Lucunya lagi militer AS juga 'pura-pura tidak tahu' atas kejadian itu. Rupanya sebenarnya mereka bersimpati pada Indonesia. Namun pihak AS terpaksa menjalankan tekanan politik dari pihak Kementerian Luar Negeri dan Kongres.
Kisah penyelamatan berakhir lucu dan unik ini berakhir. Hawk-Hawk dari Inggris ini masih memperkuat TNI AU sampai sekarang.
Sumber: merdeka.com
Sumber: merdeka.com