Mengingat Peristiwa Cebongan, Korsa Anggota Kopassus HABISI Preman

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280

Eksekutor empat tahanan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cebongan, Serda Ucok Tigor Simbolon, mengaku tak mampu mengontrol emosi saat mendengar informasi rekannya, Sertu Sriyono, dipukuli dan dibacok oleh sekelompok preman di Yogyakarta. "Saya sedih, saya merasa sangat terpukul. Saya sangat emosi saat itu," kata Ucok saat memberikan keterangan sebagai terdakwa dalam sidang lanjutan kasus penyerangan LP Cebongan, di Pengadilan Militer II/11, Yogyakarta, Selasa (23/7/2013).

Ketua Tim Oditur Militer (Odmil), Letkol (Sus ) Budiharto menanyakan apakah ia masih bisa mengontrol diri? "Antara emosi dan berusaha mengontrol diri. Terus terang di tempat latihan saya terguncang," jawab Ucok. Sebelum penganiayaan terhadap Sriyono, seorang anggota Kopassus Sertu Heru Santoso tewas dikeroyok preman di Hugos Cafe, Yogyakarta. "Itu benar-benar pelecehan terhadap satuan kami (Kopassus)," kata Ucok.

Ketua tim penasihat hukum terdakwa, Letkol Rochmad menanyakan tentang hubungan Ucok dengan Sriyono. Ucok menceritakan pengalamannya bersama Sriyono,  mulai saat bertugas di Kondo (Merauke), gempa di Bantul, operasi penumpasan GAM di Aceh, dan operasi penyelamatan korban erupsi Gunung Merapi di Kemalang (Klaten).

Saat di Aceh, ia pernah diselamatkan Sriyono ketika truk TNI diserang kelompok GAM. Saat itu ia tergantung di truk dan menjadi sasaran empuk pasukan GAM.  Posisi Sriyono juga tidak menguntungkan dan kesulitan keluar dari truk, namun berusaha menyelamatkan Ucok.

"Sejak saat itu dia bukan hanya saya anggap sebagai atasan tapi lebih dari itu juga sebagai sahabat sejati," ujar Ucok. Selain itu, mereka juga sering bersama, termasuk saat mengikuti operasi penyelamatan korban erupsi gunung Merapi 2010 lalu.

"Saat malamnya ada letusan besar Merapi, paginya pukul 06.30 WIB kami masuk ke perkampungan yang tidak ada seorangpun. Tanpa alat komunikasi. Ada 51 jenazah yang kami temukan. Ada yang masih terbakar dan ada juga yang sudah hancur, semuanya kami evakuasi," ujar Ucok.
Mata Ucok berkaca-kaca saat menceritakan pengalaman tugas bersama Sriyono dan Heru Santoso.  Ia kemudian mengusap mata dengan tanga. Suaranya lirih dan sempat terhenti.

Sedang Serda Sugeng Sumaryanto dalam kesaksiannya mengatakan, sejak mengetahui terbunuhnya anggota Kopassus, 20 Maret,  Serda Ucok mengalami banyak perubahan.

"Terutama saat saat makan dia langsung banting minuman mineral. Kami jadi tidak bisa konsentrasi. Apa yang dikatakan Sertu Hasmudin (koordinator tim kelompok latihan di Gunung Lawu) juga tak dihiraukan. Padahal biasanya dia sering nyanyi-nyanyi terutama lagu-lagu daerah," ungkap Sugeng.

Saat tidur, Ucok juga sering mengigau  dan mengalami susah tidur. Sugeng mengetahuinya karena ia juga tidak bisa tidur. Koptu Kodik mengaku, dirinya memang mendengar Ucok berniat mencari pembunuh Heru Santoso  ke Yogya. Namun ia sempat menolak dengan alasan masih latihan.

Mereka kemudian pulang ke asrama Grup II Kopassus selanjutnya menuju Yogyakarta. Malamnya melakukan serangan ke LP Cebongan hingga membuat empat tahanan titipan Polda DIY tewas.

Usai melakukan aksi tersebut, Ucok mengaku ketakutan dan menyesal. "Saya sangat menyesal dan ada rasa ketakutan yang tinggi, sebab mengapa sampai terjadi seperti itu. Tujuan saya awalnya hanya menanyakan Marcel," akunya.
Meskipun ia ketakutan, lanjut Ucok, dirinya mencoba menguasai diri dan segera kembali ke tempat latihan di Gunung Lawu.

Didukung oleh Masyarakat

Ratusan orang yang tergabung dalam Kawulo Ngayogyakarto Hadiningrat menggelar demo di kantor Oditur Militer (Otmil) II/11 Yogyakarta. Mereka meminta oditur menuntut 12 anggota Kopassus terdakwa kasus Cebongan dengan hukuman ringan.

Aksi digelar di depan kantor Otmil II/11 Yogyakarta di Jl Sultan Agung No 28 Yogyakarta, Jumat (26/7/2013) lalu. Massa berasal dari beragam elemen. Massa paguyuban sopir becak datang dengan membawa becak dan memarkirkan kendaraan roda tiganya di depan kantor Otmil.

Di pagar Otmil, massa memasang spanduk berwarna merah bertuliskan "Bebaskan 12 Prajurit KOPASSUS dari Segala Tuntutan".

Dalam orasinya, koordinator aksi M Suhud meminta oditur tidak menggunakan bahasa hukum saat menyusun tuntutan, tapi bahasa nurani. Sebab 12 anggota Kopassus itu telah berjasa bagi warga Yogya dalam memberantas preman.


"Mereka tidak melakukan pembunuhan berencana, tapi didasari semangat jiwa korsa," katanya.

Suhud meminta oditur menyusun tuntutan dengan hukuman ringan. Bagi warga Yogya, tindakan prajurit Kopassus sangat berharga. Jika Diki cs dibiarkan, maka masyarakat resah.

"Mereka (Kopassus) itu bagi kami adalah pahlawan dan ksatria," kata Suhud.

ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90