ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Beberapa waktu yang lalu, media sosial diramaikan kembali dengan unggahan seorang warganet yang mengeluh soal harga makanan yang mahal di sebuah warung makan.
Warganet tersebut dengan akun Facebook bernama Andinn membagikan pengalaman saat makan di Rumah Makan Karya Wajo yang terletak di Sultan Hasanuddin, Poros Barru, Parepare atau tepatnya di Kampung Pude'e, Kelurahan Takkalasi, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Dalam akun Facebook-nya tersebut ia mengunggah nota pembayaran setelah makan di rumah makan tersebut pada Jumat (21/7/201).
Diceritakan dirinya makan bertiga bersama teman-temannya dengan menu 3 sop dan nasi yang dibanderol seharga Rp 60 ribu.
Ia juga menyebutkan bahwa sopnya hanya berisi 2 potong daging saja. Kemudian ia juga memakan satu piring porsi cumi yang hanya berisi 4 potong seharga Rp 100 ribu.
Terakhir, ia juga juga makan 3 porsi udang yang ia katakan ukurannya sebesar jari jempol yang seporsinya dibanderol Rp 150 ribu, maka tiga porsi totalnya Rp 450 ribu.
Ia harus mengeluarkan uang Rp 610 ribu untuk menebus makanan-makanan yang ia pesan tersebut. Ia mengeluhkan harga makanan yang ia katakan mengalahkan harga makanan di restoran.
Simak keluhan selengkapnya di sini!
"Di Share yaaa
Harga makanan Warung sederhana mengalahkan harga restaurant
Kami cuma makan bertiga dirumah makan tersebut,
3 sop sama nasi 60.000 (sopnya dengan 2 potong daging)
1 porsi cumi isinya cuma 4 potong 100.000
3 porsi udang ukuran jari jempol perporsinya 150.000 x 3 = 450.000 ( ISI 1 PORSI 10 EKOR)
Jadi total kami bayar Rp 610.000 -
Lokasi tempat KAB. BARRU ( dari arah pangkep lewati kota barru, sebelah kanan)
RUMAH MAKAN KARYA WAJO
JANGAN SAMPAI KORBAN KARENA SY MERASA KORBAN!" tulis akun Andinn pada keterangan fotonya tersebut.
Hal ini ternyata mendapatkan tanggapan mengejutkan dari sang empunya rumah makan.
Melansir dari Tribun Barru, Sitti Rabiah pemilik Rumah Makan Karya Wajo ini mengaku sangat kecewa dengan adanya pelanggan yang protes terhadap harga menu makanan yang ada di rumah makannya tersebut.
Ia kecewa karena pelanggan yang tidak diketahui identitasnya tersebut komplain soal harga menu makanannya melalui media sosial, bukan secara langsung.
"Kami kecewa pak, karena itu merugikan kita punya warung dan bisa menghilangkan kepercayaan kita kepada masyarakat," kata Rabiah, Senin (24/7/2017).
"Yang jadi masalah juga kenapa dia komplain baru dia sebar di Sosmed, kalau memang dia punya niat baik, kenapa tidak tanya langsung ke kita sebagai pemilik warung, biar bisa kita jelaskan langsung," ujar Rabiah dengan nada kesal.
Ibu yang berasal dari Kabupaten Wajo ini juga membantah bahwa udang yang dijualnya dengan harga Rp 150 ribu per porsi tersebut hanya berukuran kecil atau seukuran jempol tangan.
"Kalau soal harga memang betul yang dia bilang pak, tapi kalau masalah ukuran udang yang katanya hanya seperti ukuran jempol tangan itu salah besar, karena udang yang kita jual di sini besar pak dan mahal memang, namanya udang Sitto atau udang hitam," ujar Rabiah sambil memperlihatkan udangnya.
"Selain udang, cumi yang kita jual, besar juga ukurannya pak, dan harga yang kita tawarkan semua disesuaikan dengan di pasar," tambahnya.
Menurutnya, udang Sitto atau udang hitam maupun cumi yang dijualnya sudah sangat sesuai dengan harga yang ada di pasaran.
Diketahui, harga udang hitam (udang Sitto) dijual seharga Rp 150 ribu per kilogram di pasar dan bisa berisi 12 hingga 13 udang dalam satu kilogramnya.
Sementara untuk harga cumi adalah Rp 70 ribu per kilogram yang hanya mendapatkan satu hingga dua cumi saja dalam satu kilogramnya, tergantung ukuran cuminya.
"Sementara per porsi udangnya yang kita jual di sini isinya sepuluh pak, kalau cumi empat potong dalam satu porsi. Jadi jujur pak, tidak banyakji keuntungan kita dapat dari sini, harganya mi memang," ucapnya.
Ia juga berharap tidak ada orang lain lagi yang mengadukan atau menyebarkan informasi yang salah karena dapat menjelekan nama baik hingga merusak kepercayaan pelanggan.
"Saya harap tidak ada lagi warga yang menyebar informasi salah, menjelek jelekkan nama baik, apalagi sampai merusak kepercayaan, cukup ini pertama dan terakhir kalinya," ujar Rabiah.
Sumber: tribunnews